Rabu, 18 Juli 2012

KTI ABDOMEN PADA SISTEM PENCERNAAN



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu bidang kesehatan semakin maju dan berkembang, terbukti dengan adanya berbagai macam teknologi canggih yang digunakan sebagai alat bantu terhadap penderita penyakit salah satu contoh yaitu pemeriksaan radiodiagnostik
menggunakan sinar-X sehingga dapat menggambarkan struktur organ tubuh yang ditampakkan oleh sebuah film roentgen. Hal tersebut dapat dilakukan tanpa melalui proses pembedahan terlebih dahulu
Pada pemeriksaan radiografi diperlukan suatu citra yang optimal dalam arti baik kontras, densitas, ketajaman dan detailnya memiliki kualitas yang baik. Hal tersebut berguna untuk mendiagnosa suatu penyakit. Berhasilnya suatu pemeriksaan bukan hanya ditentukan oleh kelengkapan alat-alat yang tersedia, misalnya pesawat roentgen yang mempunyai kapasitas yang memadai, acecoris radiografi yang lengkap, sistem pencitraan, pasien dan pelayanan sesuai dengan etika yakni memperkecil dosis radiasi terhadap pasien , tetapi ditunjang oleh kecakapan seorang radiografer dalam melakukan suatu tindakan dengan kata lain teknik pemeriksaan yang akan dilakukan.
Pemeriksaan radiologi abdomen harus diperhatikan terhadap resiko radiasi, oleh karena daerah abdomen terhadap organ produksi yang peka, terhadap radiasi.jadi harus benar-benar diperhitungkan antara manfaat dan kerugian yang dapat terjadi.
Sehubungan dengan hal diatas, berdasarkan pengalaman praktek dibeberapa Rumah Sakit penulis menjumpai adanya perbedaan teknik pemeriksaan Abdomen,yaitu: dilakukan dengan tahan nafas dan nafas biasa.
Dari kedua teknik pemeriksaan ini tentunya akan menghasilkan gambaran radiografi yang berbeda.
Berdasarkan dengan hal ini, penulis mengangkat permasalahan tersebut sebagai bahan penelitian untuk mengetahui gambaran Abdomen yang optimal dengan perbedaan pasien tahan nafas dan nafas biasa,dengan hanya membatasi pada posisi AP (supine).
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka penulis merumuskan masalah yaitu bagaimana cara mendapatkan gambaran Abdomen yang optimal dengan tahan nafas dan nafas biasa?
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian adalah untuk mengetahui cara mendapatkan gambaran radiograf Abdomen yang optimal dengan tahan nafas dan nafas biasa.
D.Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan karya tulis ini adalah :
1. Menjadi solusi untuk mendapatkan gambaran Abdomen dengan tahan nafas dan nafas biasa yang optimal.
2. Menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan bagi semua pihak khususnya dalam pemeriksaan Abdomen.
3. Memberikan informasi dan pedoman bagi para mahasiswa ATRO dan radiografer tentang cara mendapatkan gambaran Abdomen yang optimal.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari karya tulis ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II : KAJIAN TEORITIS
Berisi tentang pembahasan kerangka konsep, anatomi fisiologi, patologi, dasar-dasar radiodiagnostik, teknik pemeriksaan radiologi Abdomen.
BAB III : METODE PENELITIAN
Pada bab ini membahas rancangan penelitian, variabel penelitian, subyek penelitian, populasi dan sampel, persiapan bahan penelitian, persiapan alat penelitian, jalannya penelitian, metode pengumpulan data, analisa data
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Definisi Operasional
Adapun istilah-istilah yang dipakai :
* Abdomen = pemeriksaan perut pendahuluan
* Supine = Pasien tidur terlentang
* Antero Posterior (AP) = arah sinar dari depan kebelakang
* Mid Sagital Plane (MSP) = searah sutura sagital
* CP = Central Point
* CR = Central Ray
* FFD = Fokus Film Distance
* Kilovoltage (KV) = kemampuan X-ray dalam menembus bahan/objek
* mAs = milli Ampere second
B. Tinjauan Pustaka
Buku Merril’s menyatakan, Untuk mendapatkan Abdomen pendahuluan ada beberapa proyeksi dalam teknik radiografi diantaranya proyeksi AP supine, proyeksi Ap tegak, proyeksi LLD.
C. Dasar Teori
a. Kerangka Konsep
b. Anatomi Fisiologi
Gambar 1. Anatomi Abdomen
Abdomen merupakan rongga yang terbesar dalam tubuh manusia bentuknya lonjong & meluas dari diafragma sampai pelvis dibawah. Rongga abdomen di bagi menjadi dua bagian yaitu rongga sebelah atas ukurannya lebih besar & rongga sebelah bawah ukuranya lebih kecil.
Batas-batas abdomen meliputi diafragma diatas, dibagian bawah adalah pintu masuk panggul besar dibagian depan dan dikedua sisi samping adalah otot-otot abdominal, tulang iliaka dan iga-iga sebelah bawah dibelakang tulang punggung dan otot psoas serta quadratus lumbarun.
Adapun isi Rongga abdomen yaitu:
1. Gaster (Lambung)
2. Intestinum Minor (Usus Halus) ;
- Duodenum (Usus 12 Jari)
- Yeyenum & Ileum
3. Intestinum Mayor (Usus Besar) ;
- Caecum
- Colon accendens
- Colon Transversum
- Colon Descendens
- Colon Sigmoid
Selain itu pada rongga abdomen berisi pula hati, pancreas, ginjal beserta kelenjar suprarenal, aorta abdominalis,vena cava inferior, pembuluh dan kelenjar limfe, peritenium dll.
4. Rectum
5. Anus
1. Gaster Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak terutama didaerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak di bawah diapragma di depan pankreas dan limpa, menempel di sebelah kiri fundus uteri.
Fungsi lambung yaitu menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung.
2. Intestinum Minor (Usus Halus)
Merupakan bagian dari sistem pencernaan makanan yang berpangkal pada pilorus dan berakhir pada caecum panjanya ± 6 m, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorsi hasil pencernaan yang terdiri dari ; lapisan usus halus, lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar (M.Sirkuler), lapisan otot memanjang (M.Longitudinal) dan lapisan serosa (sebelah luar).
- Duodenum, disebut juga usus 12 jari panjangnya ± 25 cm berbentuk sepatu kuda melengkung ke kiri pada lengkungan ini terdapat pankreas. Dan bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang membukit di sebut papila vateri.pada papila vateri ini bermuara saluran empedu (ductus coledocus) dan saluran pankreas (ductus wirsungi/ductus pankreaticus).Empedu dibuat di hati untuk dikeluarkan keduodenum melalui ductus coledocus yang fungsinya mengemulsikan lemak, dengan bantuan lipase.
- Yeyenum dan ileum, mempunyai panjang sekitar ± 23 meter dan ileum dengan panjang 4-5m.Lekukan yeyenum dan ileum melekat pada dinding abdomen posterior dengan perantaraan lipatan peritenium yang berbentuk kipas dikenal sebagai mesenterium.Fungsi usus halus;menerima zat-zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler-kapiler darah dan saluran-saluran limfa,menyerap protein dalam bentuk asam amino, karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida.
3. Intestinum Mayor (Usus Besar)
Mempunyai panjang ± 11/2 m, lebarnya 5-6 cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar;Selaput lendir, Lapisan otot melingkar, Lapisan otot memanjang, Jaringan ikat.Fungsi usus besar,terdiri dari:Menyerap air dari makanan, Tempat tinggal bakteri koli, Tempat feses.
- Caecum; terdapat appendiks vermiformis yang berbentuk seperti cacing sehingga disebut juga umbai cacing, panjangnya 6 cm. Seluruhnya ditutupi oleh peritenium mudah bergerak walaupun tidak mempunyai mesenterium dan dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
- Colon Acendens panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur ke atas dari ileum kebawah hati. Dibawah hati melengkung ke kiri , lengkungan ini disebut fleksura hepatika, dilanjutkan sebagai colon transversum.Appendiks (usus buntu),bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari akhir caecum mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa isi usus. Appendiks tergantung menyilang pada linea terminalis masuk ke dalam rongga pelvis minor terletak horizontal di belakang caecum. Sebagai suatu organ pertahanan terhadap infeksi kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya ke dalam rongga abdomen.
- Colon Transversum panjangnya ± 38 cm, membujur dari colon acendens sampai ke colon decendens berada di bawah abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura Hepatika dan sebelah kiri terdapat fleksura lienalis.
- colon descendens pangjangnya ± 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan colon sigmoid.
- colon sigmoid merupakan lanjutan dari colon decendens terletak miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
4. Rektum, terletak dibawah colon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam rongga pelvis di depan os sacrum os cocsigis.
5. Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis, dindingnya diperkuat oleh 3 sfingter;
- Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut kehendak,
- Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak,
- Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja menurut kehendak.
Defekasi (buang air besar), didahului oleh transfor feses ke dalam rectum yang mengakibatkan ketegangan dinding rectum mengakibatkan rangsangan untuk reflek defekasi sedangkan otot usus lainnya berkontraksi, M.Levator ani relaksasi secara volunter dan tekanan ditimbulkan oleh otot-otot abdomen.
- Peritenium (Selaput Perut)
Peritenium terdiri dari dua bagian yaitu peritenium parietal yang melapisi dinding rongga abdoman dan peritenium viseral yang melapisi semua organ yang berada dalam rongga abdomen.ruang yang terdapat diantara dua lapisan ini disebut ruang peritonial atau kantong peritenium.Pada laki-laki berupa kantong tertutup dan pada perempuan merupakan saluran telur yang terbuka masuk ke dalam rongga peritenium, di dalam peritenium banyak terdapat lipatan atau kantong.Lipatan besar (omentum mayor) banyak terdapat lemak yang terdapat disebelah depan lambung, Lipatan kecil (omentum minor) meliputi hati, kurvatura minor dan lambung berjalan ke atas dinding abdomen dan membentuk mesenterium usus halus.
Fungsi Peritenium :
1) Menutupi sebagian dari organ abdomen dan pelvis,
2) Membentuk pembatas yang halus sehingga organ yang ada dalam rongga peritenium tidak saling bergesekan,
3) Menjaga kedudukan dan mempertahankan hubungan organ terhadap dinding posterior abdomen,
4) Tempat kelenjar limfa dan pembuluh darah yang membantu melindungi terhadap infeksi.
C. Patologi
Indikasi yang biasa terjadi pada BOF pendahuluan sehingga perlu di adakan pemeriksaan Radiologi adalah :
* Ileus merupakan gejala adanya gangguan sirkulasi (passage) isi usus, gangguan passage dalam usus dapat disebabkan oleh :
a. Terjadinya sumbatan obstruksi secara mekanis (ileus obstruktif) yang diakibatkan volvulus, invaginasi dll.
b. Terjadinya gangguan saraf yang mempengaruhi peristaltic (ileus paralitik) misalnya karena ileus.
* Tumor intra abdomen adalah tumor yang biasa menyerang pada luar colon atau pada dinding-dinding colon.
* Tumor adalah salah satu kelainan yang dapat menyebabkan terjadinya invaginasi (adanya tumor pada colon). Tumor ini akan nampak berupa tonjolan ke dalam lumentang biasa disebut polip.
* Cancer adalah tumbuhan ganas yang berasal dari jaringan epitel.
* Ca Recti (pada rectum) adalah tumbuhan ganas yang tumbuh pada daerah rectum atau usus besar, cancer atau karsinoma ini berasal dari jaringan epitel.
* Kolitis adalah peradangan yang biasa terjadi pada daerah rectum.
* Hirschsprung (megacolon kongenital) adalah suatu penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang mengendalikan kontraksi ototnya.
D. Dasar-dasar Radiodiagnostik
1. Hakekat Sinar-X
Sinar-x adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas cahaya dan sinar ultraviolet. Sinar–x mempunyai panjang gelombang yang sangat pendek yaitu 10ֿ8 cm sehingga mempunyai daya tembus yang besar.
2. Sifat-Sifat Sinar-X
a. Daya Tembus
Sinar-x dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan digunakan dalam radiografi. makin tinggi tegangan tabung (besarnya kilovolt) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, maka makin besar daya tembusnya.
b. Pertebaran
Apabila berkas sinar –x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas tersebut akan bertebaran kesegala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder pada bahan yang dilaluinya.
c. Penyerapan
Sinar-x dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan tersebut.
d. Efek fotografi
Sinar-x dapat menghitamkan emulsi film (emulsi perak bromida) setelah diproses secara kimiawi (dibangkitkan) dikamar gelap.
e. Pendar flour
Sinar-x menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium fungstat atau zink-sulfit memendarkan cahaya (luminisensi) bila bahan tersebut dikenai radiasi sinar-x, luminisensi ada dua jenis yaitu :
1. fluorosensi : akan memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar-x saja
2. fosforisensi : pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar-x sudah dimatikan
f. Ionisasi
Efek primer sinar-x apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan ionisasi bahan atau zat tersebut.
g. Efek biologik
Sinar-x akan menimbulkan perubahan-perubahan biologik pada jaringan.
3. Syarat tabung sinar-X
a. Sumber elektron
Sumber elektron adalah pesawat pijar atau filamen pada katoda didalam tabung pesawat rontgen.
b. Gaya yang mempercepat gerakan elektron
gaya tersebut tergantung pada tegangan-tagangan yang di pasang pada tabung rontgen.
c. Lintasan elektron yang bebas dalam ruang hampa udara
lintasan ini terjadi dalam ruang yang praktis hampa udara diantara katoda dan anoda
d. Alat pemusat berkas elektron (foccusing Cup)
Alat ini menyebabkan elektron-elektron tidak bergerak terpencar-pencar , tetapi terarah kebidang fokus.
e. Penghenti gerakan elektron
Penghenti atau penghemat gerakan elektron dapat di bedakan atas :
1) Keping wolfarm yang ditanamkan didalam tembaga pada tabung rontgen anoda diam.
2) Piring wolfarm diatas tangkai molybdenum pada tabung rongen dengan anoda putar.(Rasad .S. 1999 : 17)
4. Faktor Eksposi Terdiri Dari :
a. Besaran kilovolttage (Kv)
Besaran kilovolt pada umumnya dikaitkan dengan daya tembusnya sinar-x, makin tinggi besaran kilovolt yang di gunakan makin besar pula daya tembus sinar tersebut, demikian pula sebaliknya, oleh karena besar kilovolt menunjukkan kualitas radiasi.
b. Milliampere Second
mAs adalah perkalian antara besaran nilai ampere dengan nilai eksposi. mAs ini juga menunjukkan kuantitas radiasi. Sebagai contoh organ yang bergerak yang memerlukan waktu yang singkat dapat menggunakan mA tertentu.
E. Teknik Pemeriksaan BOF
Pelaksaanan teknik radiografi untuk mendapatkan gambaran radiografi abdomen yang standar digunakan Merril’s adalah:
a. Foto abdomen proyeksi AP supine
Tujuannya untuk melihat apakah ada gambaran distensi gas pada traktus gastrointestinal.
1. Posisi pasien : pasien supine diatas meja pemeriksaan
2. Posisi objek : *Mid Sagital Plane (MSP) tubuh dipusatkan pada garis tengah meja pemeriksaan
*Batas atas kaset processus xypoideus
*Batas bawahnya ± 5 cm dari symphisis pubis ke atas dan ke bawah
3. CR : Vertical dan tegak lurus dengan film
4. CP : Umbilicus
5. FFD : 90 cm
6. Kriteria supine :
a.Tulang iga bagian bawah pelvis dan hip joint sama jaraknya dari tepi radiografi kedua sisi.
b.Pasien tidak berotasi ditandai dengan :
1) Processus di pertengahan columna vertebra lumbal
2) Spina iliaca dan pelvis simetris jika terlihat
b. Foto abdomen proyeksi Antero posterior (AP) erect tegak
Tujuannya untuk melihat gambaran air fluid level dan udara bebas /free air dibawah subdiafragma.
1. Posisi pasien : Berdiri tegak atau setengah duduk
2. Posisi objek : *MSP tubuh pada pertengahan kaset
*Kaset dipasang membujur dibelakang pasien dengan pertengahan kaset ± 5 cm diatas umbilicus
* Kedua kubah diafragma harus tampak jelas
3. CR : Tegak lurus terhadap kaset
4. CP : Pertengahan antara umbilicus dan processus xypoideus
5. FFD : 90 cm
6. Kriteria :
a. Batas kedua diafragama harus terlihat
b. Batas dari pelvis kedua diafragma tidak terliputi
c. Tulang belakang nampak jelas
c.Foto abdomen Proyeksi Left Lateral Decubitus (LLD)
Tujuannya untuk melihat gambaran air fluid level free air apakah yang mungkin pada foto tegak belum tampak jelas.
1. Posisi pasien : Berbaring miring dengan sisi kiri menempel pada meja pemeriksaan.
2. Posisi objek : *Kaset membujur atau melintang dibelakang punggung
*MSP pada pertengahan kaset
*Diafragama kanan harus tampak jelas
3. CR : Horizontal dan tegak lurus terhadap kaset
4. CP : Pertengahan antara umbilicus dan processus xypoideus
5. FFD : 90 cm
6. Kriteria :
a. Nampak gambaran diafragma
b. Nampak gambaran kabur bagian bawah cairan dan bagian udara jelas.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Adapun rancangan penelitian yakni :
1.Jenis penelitian
Metode Eksperimen yaitu dengan melakukan percobaan atau praktek langsung dilapangan (Rumah Sakit). Metode ini digunakan untuk uji coba pemotretan atau try out terhadap pasien, yang difokuskan pada pemeriksaan Abdomen ketika waktu ekspose pasien inspirasi dalam kemudian ekspirasi lalu tahan dan bernafas biasa.
2. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Unit Radiologi Rumah Sakit Pol Bhayangkara.
3. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2009
B. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini yang berjudul perbandingan gambaran radiografi Abdomen dengan variasi teknik bernafas,dimana yang menjadi variabel bebasnya yaitu pemeriksaan Abdomen supine. Sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah variasi teknik bernafas dan variabel perancuhnya adalah di rumah sakit.
C. Subyek Penelitian
Subyek dari penelitian ini adalah Abdomen yang terproyeksi kearah supine.
D. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini didapatkan dari pasien yang berkunjung di Unit Radiologi Rumah Sakit Pol Bhayangkara Makassar untuk pemeriksaan Abdomen supine,sedangkan sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini diambil satu orang dari pasien yang melakukan pemeriksaan Abdomen selanjutnya radiograf yang ada dilakukan pemeriksaan Abdomen dengan waktu ekspose pasien inspirasi dalam kemudian ekspirasi lalu tahan dan bernafas biasa.
E. Persiapan Alat Penelitian
Sebelum pemeriksaan dilakukan,hal terpenting yang harus diperhatikan adalah kesiapan dari alat untuk menunjang jalannya penelitian, yaitu :
1. Pesawat Sinar- X
a. Nama Alat : General X-Ray
b. Merk : Acoma X-Ray
c. Buatan : Jepang
d. Type : SCD 100-50
e. Input power : 500-240 volt
f. Out power : 500 mA
g. Tegangan : 220 Volt
h. Kapasitas : 0,8-50 mAs
i. Tegangan :40-200 KV
2. Tabung Sinar-X
a. Merk : Acoma
b. Model : DRX-67
c. No.seri tabung : 86c 306 g
d. Fokus : 0.5 x 0.5 mm
e. Anoda : Anoda putar
f. Total Filter : 1,5 mm
F. Persiapan Bahan Penelitian
Sebelum pemeriksaan dilakukan, hal terpenting yang harus diperhatikan adalah kesiapan dari bahan untuk menunjang jalannya penelitian, yaitu :
1. Kaset : 30 cm x 40 cm
a. Merk : Alfa
b. Jenis : Green emiting
c. Ukuran : 30 x 40 cm
2. Intensifying Screen (IS)
a. Jenis : Green Emiting
b. Ukuran : 30 cm x 40 cm
3. Film
a. Merk : CEA
b. Jenis : Green Sensitif
c. Ukuran : 30 cm x 40 cm
4. Marker : R
5. Plester
6. Baju ganti : Ada
7. Automatic processing
G. Alur Penelitian
H. Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan data dengan melakukan eksprimen dalam hal teknik radiografi Abdomen proyeksi supine kemudian dilakukan analisa data dengan membagikan kuisioner kepada 15 dokter ahli radiologi yang ada di Makassar.
I. Analisa Data
Dalam melakukan penelitian ini penulis menganalisa data kuisioner dengan menggunakan software SPSS (Uji Kruskal-Wallis).
DAFTAR PUSTAKA
Ballinger.Philip W : Merril’s Atlas of Radiographic positioning and Radiology procedure , Volume Two ; CV, Mosby, Co, st,luois Toronto 1995. 38-40
Pearce Evelyn C, 1997, Anatomi dan fisiologi untuk paramedic, PT. Gramedia Jakarta; Hal 176
Rasad, S,. Kartolaksono,S,. Ekayuda : Radiologi Diagnostik, FKUI, Jakarta, 1999
Syaifuddin, B. AC. Anatomi Fisiologi untuk siswa perawat. Edisi 2, Penerbit buku Kedokteran : EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar